Jumat, 09 Maret 2018

PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER


Pendidikan yang Berbasis Karakter
Pendidikan dilihat sebagai wahana dalam memanusiakan manusia. Humanisasi pendidikan adalah sebuah proses dari “ada” menjadi “mengada”. “Ada” yang dimaksudkan adalah keberadaan potensi manusia yang belum teraktualisasi. Sedangkan “mengada” menunjukan keberadaan potensi manusia yang sudah  teraktualisasi. Inilah tujuan dari ruang gerak pendidikan. Itu berarti ruang gerak pendidikan harus menyentuh esensi dasar dari pribadi manuisa. Konteks esessi dalam  dunia pendidikan adalah pendidikan karakter.
Dalam pedidikan karater itu kita mengenal tiga point penting yakni afeksi, kognitif dan psikomotorik. Ketiga hal ini menjadi mal yang berfunsi untuk membentuk manusia ke arah manusiawi. Dan soal kedudukan dari ketiganya, hal yang paling mendasar adalah aspek psikomotorik. Psokomotorik ini tidak lain adalah soal karakter. Karakter dilihat sebagai senter of live. Artinya sebagai modal dalam menjalankan dinamika kehidupan. Dengan terbentuknya karakter orang akan mengerti tentang kehidupan dan tujuan dari penziarahannya.

Aktivitas Pendidikan bukan satu arah atau subjek -objek
            Aktivitas pendidikkan adalah aktivitas membentuk dan membangun peserta didik. Aktivitas membangun merujuk pada pengalian potensi-potensi. Karena potensi-potensi itu pada dasarnya memuat keutamaan yakni karakter. Memang benar bahwa pengaktualisasian potensi-pontesi yang ada membuat manusia lebih manusiawi. Inilah yang disebut sebagai humanisasi pendidikan. Dan aktivitas ini ada dua subjek yang terlibat yakni pendidik dan peserta didik. Kedua subjek ini berada dalam satu koridor yang terpisah. Artinya kedua subjek ini memiliki perbedaan namun terarah pada tujuan yang sama.
Hubungan keduanya menentukan kualitas manusiawi. Kualitas manusiawi yang maksimum tidak lain adalah lahirnya karakter yang handal. Manusia akan tahu apa artinya kehidupan. Ia berziarah dengan suatu harapan pasti dan dengan tujuan yang mulia. Manusia seperti inilah yang menjadi harapan dalam membangun dunia yang adil dan damai. Sebab keadilan dan kedamaian adalah tujaun dan harapan dari setiap orang.

Tiga  Arah Pendidikan Karakter (Kognitif, Afeksi dan Psikomotorik)
Pertama adalah aspek kognitif. Aspek kognitif dalam dunia pendidikan tidak lain adalah  soal daya intelektual manusia. Intelektual dalam arti ini adalah kedudukannya. Seberapa besar daya analisis, cara berpikir, cara berargumentasi dan dalam menyampaikan gagasan. Intinya aspek kognitif hanya berkutat pada daya intelektual semata. Lalu permasalahannya adalah bagaimana mengembangkan dan mengasah daya intelektual itu. Pendidik sebagai fasilitator hendaknya kreatif dalam mengembangkan metode belajar. Metode belajar yang efektif sangat membatu murid dalam menggali potensi kognitifnya. Ini sangat penting untuk diingatkan dan dilakukan oleh pendidik. Kualitas aspek kognitif dalam diri anak membantunya bersikap kritis terhadap segala sesuatu. ia kritis dalam mengambil sikap dan tindakan ketika berhadan dengan berbagai macam persoalan. Mungkin sikap kritis ini menjadi suatu tuntutan dalam membangun Indonesia yang beradap. Dikatakan beradap karena indonesia sekarang ini masih terkungkung dalam kebodohan karakter. Hal ini bisa kita amati dalam dunia para elit negara, baik politikus mapun mereka yang berkancah dalam dunia pendidikan itu sendiri. Peran aspek kognitif dalam dunia kehidupan tidak berkembang bahkan tengelam dalam sikap “sekedar” para pemegang negara. Bukankah ini adalah masalah yang sangat krusial? Untuk apa ini dibiarkan tumbuh dan berkembang? Permasalahan ini belum terlihat jelas dalam tubuh orang-orang Indonesia.
Kedua adalah aspek afeksi. Afeksi menjadi kebutuhan dasar tiap manusia. Kebutuhan itu disebut sebagai kebutuhan primer dan bukan sekunder. Sebagai kebutuhan pokok konsekuensinya adalah harus dipenuhi. Aspek afeksi dalam dunia pendidikan sangat mempengaruhi kepribadian anak didik. Semakin intens afeksi diarahkan semakin dewasa anak itu membangun dirinya. Dan konsekuaensi lanjutannya adalah bahwa anak didik semakin peka terhadap dunia sekitarnya. Ia tidak menjadi ego atau mementingkan kehendak diri. Keegoannya semakin himpit dan hilang dan yang ada hanyalah sikap solider. Memang benar bahwa solider tidak sekar aku berelasi dengan lyan. Solider lebih dari aku dan lyan. Lyan bukan sekedar dia yang sebagai objek tetapi dia yang subjek. Maka dalam relasi itu kedalam menjadi hal yang terpenting, melampaui tataran fisik yakni metafisik.
Ketiga adalah psikomotorik. Aspek ini menjadi hal paling mendasar. Dikatakan demikan, karena aspek ini melingkupi ke dua aspek sebelumnya. Dengan kata lain aspek ini bersifat holistik. Holistik berarti mencakup keseluruhan diri manusia. Potensi-potensi yang ada dalam dirinya menjadi benteng. Kematangan aspek ini memudahkan manusia dalam mengarahkan atau mengembangkan dirinya. Dalam hal ini manusia mampu bersikap kritis dengan segala sesuatu yang ada. Ia tidak mudah dipengaruhi oleh pengaruh dari luar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LABOREM EXERSENS: KERJA SEBAGAI TINDAKAN MANUSIAWI (CACATAN KRITIS ATAS PENGARUH MODAL DALAM DIMENSI KERJA MASA KINI YANG MENGALENIASI MA...